Minggu, 20 April 2014

Kedudukan Shalat dalam Islam

Kedudukan Shalat dalam Islam



Shalat memiliki kedudukan yang agung dalam Islam. Berikut ini adalah bukti besarnya kedudukan shalat:
 
1. Shalat adalah tiang agama. Agama tidak dapat berdiri tegak tanpa shalat.

Diriwayatkan dalam hadits Mu'az, ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda,

 
"Pokok segala perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, sedangkan puncaknya adalah jihad." (Riwayat Tirmizi, no 2/1314, no. 3973, dan Ahmad, 5/231, dihasankan oleh Al-Albany dalam kitab Irwa'ul-Ghalil, 2/138)

Jika tiangnya runtuh, maka runtuhlah bangunan yang ada di atasnya.


2. Amal manusia yang paling pertama dihisab (di hari kiamat) dan menjadi standar baik buruk amalnya yang lain.

Dari Anas bin Malik, ra, "Rasulullah saw bersabda,

"Yang paling pertama dihisab pada seorang hamba di hari kiamat adalah shalat. Jika (shalatnya) baik, maka baiklah seluruh amalnya, sedangkan jika (shalatnya) buruk, maka buruklah seluruh amalnya."

Dalam riwayat lain,
"Yang paling pertama ditanya pada seorang hamba di hari kiamat adalah shalatnya. Jika (shalatnya) baik, maka dia akan selamat, dan jika rusak maka rugilah dia." (Riwayat Ath-Thabrani dalam Al-Awsath, 1/409, no. 532. Al-Albany berkata dalam kitabnya Silsilah al-Ahadits Ash-Shahihah: "Secara keseluruhan hadits ini shahih jika digabungkan seluruh jalur periwayatannya, wallahua'lam." 3/346)

Dari Tamim ad-Dari, ra, beliau berkata secara marfu' (Rasulullah saw bersabda), "Yang paling pertama dihisab dari seorang hamba adalah shalatnya, jika dia menyempurnakannya maka akan dicatat sempurna. Namun jika dia tidak menyempurnakannya, Allah berkata kepada Malaikat-Nya, 'Lihatlah, apakah kalian dapatkan pada diri hamba-Ku perbuatan-perbuatan sunnah yang menyempurnakan kewajibannya.' Kemudian setelah itu ditanya tentang zakatnya, kemudian amal ibadah lainnya akan diambil berdasarkan hal itu." (Riwayat Abu Daud, 1/228, no. 864, 866, Ibnu Majah, 1/458, no. 1425, Ahmad, 4/65, 103, 5/377. Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih al-Jami', 2/353)

3. Yang paling pertama hilang dari agama
 
Jika telah hilang sesuatu yang paling akhir, maka tidak lagi ada sesuatu pun yang tersisa darinya.

Dari Abu Umamah secara marfu', (Rasulullah saw bersabda),

 
"Buhul Islam akan terurai satu demi satu, setiap kali terlepas satu buhul, orang-orang bergantungan dengan buhul berikutnya. Buhul yang pertama lepas adalah hukum, sedangkan yang terakhir adalah shalat." (Riwayat Ahmad, 5/251, dishahihkan oleh A!-Albany dalam Shahih Targhib wa Tarhib, 1/229)

Dalam riwayat lain disebutkan,
"Yang paling pertama diangkat dari manusia adalah amanah, dan yang paling akhir tersisa adalah shalat, betapa banyak orang melakukan shalat, namun tidak ada kebaikan padanya." (Riwayat Tabrani dalam Majma' Al-Bahrain, 7/263, no. 4425, disebutkan oleh Al-Albany dalam Shahih al-Jami', dia menyatakannya hasan, 2/353)

4. Wasiat terakhir yang Rasulullah saw
 
Dari Ummu Salamah, ra, dia berkata, "Wasiat terakhir Rasulullah saw adalah:

 
"Shalat... shalat, dan budak-budak kalian"

"Bahkan dada Rasulullah saw tampak bergemuruh, namun tak keluar di lisannya." (Riwayat Ahmad, 6/290, 311, 321. Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Irwa'ul Ghalil, 7/238)

5. Allah memuji orang yang menunaikannya serta memerintahkan keluargannya kepadanya
 
Sebagaimana firman-Nya,

"Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seoranq yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh keluarganya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya." (QS. Maryam: 54-55)
 
6. Allah mengecam orang yang melalaikannya dan malas menunaikannya.
 
"Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan." (QS. Maryam: 59)


 
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali." (QS. An-Nisa: 142)

7. Rukun Islam yang paling agung dan pilar utama setelah Syahadatain.

Dari Abdullah Ibnu Umar, ra, dari Nabi saw, beliau berkata,


 
"Islam dibangun di atas lima rukun; Bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad utusan Allah, Menegakkan shalat, Menunaikan zakat, Melaksanakan haji, dan Puasa Ramadhan." (Muttafaq alaih)

8. Allah mewajibkannya tanpa perantara, yaitu pada malam Isra' Mi'raj, di langit yang ketujuh.

9. Shalat pada awalnya diwajibkan lima puluh waktu.

Hal ini menunjukkan bahwa Allah menyenangi perbuatan shalat, kemudian Allah Azza wa Jalla meringankan kepada hamba-Nya hingga hanya lima shalat sehari semalam, namun nilainya sama dengan lima puluh waktu. Hal ini menunjukkan keagungan shalat. (Muttafaq alaih; Riwayat Bukhari, no. 7517, dan Muslim, no. 162)

10. Ketika Allah Ta'ala menyebutkan ciri orang yang selamat, Dia mengawalinya dengan shalat dan mengakhirinya juga dengan shalat.
 
Hal ini menguatkan pentingnya shalat.
 
Firman Allah Ta'ala,


 
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya." (QS. Al-Mu'minun: 1-9)

11. Allah Ta'ala memerintahkan Nabi Muhammad dan pengikutnya agar mereka memerintahkan keluarganya untuk shalat.
 
Firman Allah Ta'ala,


 
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." (Qs. Thaha: 132)

Dari Abdullah bin Umar, ra, dari Nabi saw beliau bersabda,


 
"Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika tidak shalat jika telah berusia sepuluh tahun, serta pisahkan tempat tidur mereka." (Riwayat Abu Daud, 1/133, no. 495, Ahmad, 2/180,187, dishahihkan oleh Al-Albany dalam Irwa'ul Ghalil, 2/7, 1/266)

12. Orang yang tertidur dan lupa, diperintahkan mengganti (qadha) shalatnya. Hal ini menunjukkan pentingnya shalat.

Dari Anas bin Malik, ra, dari Nabi saw beliau bersabda,


 
"Siapa yang lupa menunaikan shalat, maka hendaklah dia shalat jika ingat, tidak ada penebusnya kecuali itu."

Dalam riwayat Muslim disebutkan,
"Siapa yang lupa shalat atau tertidur, maka penebusnya adalah melakukan shalat jika telah sadar." (Muttafaq alaih; Riwayat Bukhari, 1/166, no. 597, dan Muslim, 1/477, no. 684)

Termasuk katagori tidur adalah orang yang pingsan tiga hari atau kurang. Telah diriwayatkan hal tersebut dari Ammar, Umran bin Hushain, dan Samurah bin Jundub, ra. (Lihat: Asy-Syarhul Kabir, Ibnu Qudamah, 3/8, Al-Mughni, 2/50-52)

Adapun jika masa pingsannya lebih lama dari itu, maka tidak diwajibkan qadha baginya. Orang yang pingsan dalam waktu yang lama, lebih dari tiga hari, diserupakan dengan orang hilang ingatan (gila) karena sama-sama hilang akal. Wallahua'lam. (Lihat: Majmu' Fatawa Syaikh Abdul Aziz bin Baz, penyusun: DR. Abdullah At-Thayyar dan Syaikh Ahmad bin Abdul Aziz bin Baz, 2/457)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Facebook Comments