Minggu, 29 September 2013

Sikap terhadap Orang yang Berbeda Agama dan Keyakinan

 

Sikap terhadap Orang yang Berbeda Agama dan Keyakinan

Suatu hari, kaum kafir Quraisy sudah mulai putus asa dengan perkembangan Islam di Mekah. Pengaruh Muhammad yang membawa agama baru semakin terasa di kalangan masyarakat. Setelah berembuk, mereka mengutus beberapa orang untuk menemui Muhammad. "Hai Muhammad, hentikanlah dakwahmu mengajak warga mengikuti agamamu. Bagaimana kalau kita saling berbagi. Satu hari kami menyembah Tuhanmu dan satu hari engkau menyembah Tuhan kami?"

Muhammad Rasulullah yang mendengar tawaran seperti itu menolak dengan halus. Selanjutnya, turunlah ayat 1–5 Surah al-Kafirun [109]. Bagaimanakah sebenarnya cara kita bersikap kepada orang-orang non-Islam? Inilah yang akan kita bahas pada bab ayat-ayat toleransi ini.

 



 

Qul yaa ayyuhal-kaafirun (1)

Laa a'budu maa ta'budμn (2)

Wa laa antum 'aabidμna maa a'bud (3)

Wa laa ana 'aabidum maa 'abattum (4)

Wa laa antum 'aabidμna maa a'bud (5)

Lakum d³nukum wa liya d³n (i) (6)
 

Artinya: Katakanlah (Muhammad), "Wahai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, dan aku tidak akan pernah menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku." (Q.S. al-Kafirun [109]: 1–6)
 

 

1. Kosakata

 

 

: katakanlah (Muhammad)
: wahai
: orang-orang kafir
: aku tidak menyembah
: apa yang kamu sembah
: dan kamu bukan
: penyembah
: apa yang aku sembah
: dan aku tidak pernah
: apa yang kamu sembah
: bagimu agamamu
: bagiku agamaku



2. Penerapan Ilmu Tajwid


Dalam Surah al-Kafirun [109] di atas terdapat beberapa hukum bacaan tajwid. Hukum bacaan tersebut sebagai berikut.


a. Mad Tabi'i
 

Bacaan mad tabi'i terjadi jika ada wau sukun didahului huruf berharakat dammah, ya sukun didahului huruf berharakat kasrah,.dan alif didahului huruf berharakat fathah. Jika dalam membaca Al-Qur'an Anda menemukan ciri-ciri tersebut, bacalah dengan panjang satu alif atau dua harakat.

Contoh:

 
 

b. Mad Ja-'iz Munfasil
.
Bacaan mad ja'iz munfasil terjadi jika ada mad tabi'i bertemu dengan hamzah dalam kalimat yang berbeda. Jika dalam membaca Al-Qur'an Anda bertemu dengan kalimat yang memiliki ciri-ciri seperti disebutkan, bacalah dengan panjang satu alif, dua alif, atau 2,5 alif.

Contoh:


 

c. Idgam Bigunnah
 

Bacaan idgam bigunnah terjadi jika ada nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf idgam bigunnah, yaitu ya, nun, mim, dan wau. Idgam berarti masuk atau lebur dan bigunnah berarti dengan mendengung. Cara membaca bacaan idgam bigunnah adalah huruf nun mati atau tanwin lebur ke dalam huruf idgam bigunnah
yang ditemui.

Contoh:


 

d. Ikhfa Haqiqi
.
Bacaan ikhfa haqiqi terjadi jika ada nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf ikhfa haqiqi yang berjumlah lima belas.

 

Huruf ijhfa haqiqi yaitu :

 

Contoh bacaan ini dapat ditemukan dalam kalimat:

(As'ad Humam. 1995. Halaman 10, 13, 40, dan 42)
 


3. Isi Kandungan Surah Al-Kafirun [109] Ayat 1–6

 

Toleransi berlaku dalam bidang kemanusiaan dan tolong-menolong

 

Allah Swt. dan rasul-Nya menganjurkan umat Islam bertoleransi dalam bidang muamalah, yaitu hal-hal yang menyangkut kemanusiaan dan tolong-menolong. Misalnya bersama-sama membangun jembatan, menengok ketika ada yang jatuh sakit, bergotong royong membangun rumah, menolong pemeluk agama lain yang tertimpa musibah, dan kegiatan masyarakat lainnya.

 

Hal ini dicontohkan Rasulullah yang menghormati jenazah Yahudi yang lewat dihadapannya. Namun, dalam bertoleransi kita tidak boleh mencampuradukkan masalah akidah. Akidah merupakan bagian esensial atau inti dari suatu agama. Agar tidak terjadi kebiasaan mencampuraduk akidah Allah menurunkan Surah al-Ka-firu-n [109] sebagai pedoman dalam bertoleransi tersebut.

 

Orang-orang kafir mengutus beberapa utusan untuk berdialog dan berkompromi dengan Nabi Muhammad saw. Dialog ini dimaksudkan untuk menjatuhkan Nabi Muhammad dan agar kaum muslimin kembali pada ajaran nenek moyang atau menyembah berhala. Dalam dialog ini kaum kafir mengusulkan kepada Rasulullah saw. untuk berkompromi dengan cara berganti-ganti praktik ibadah. Selama satu tahun kaum kafir akan mengikuti Rasulullah menyembah Allah Swt. Pada tahun berikutnya Rasulullah dan umat Islam yang mengikuti kaum kafir menyembah berhala. Allah Swt. menurunkan Surah al-Kafirun [109] ayat 1–6 untuk menjawab kompromi yang diajukan oleh orang-orang kafir.

 

Surah al-Kafirun [109] merupakan penegasan larangan mencampuradukkan akidah dan keimanan Islam dengan ajaran agama lain. Kemurnian akidah Islam harus dijaga. Inilah kandungan pertama Surah al-Kafirun [109], yaitu ikrar kemurnian tauhid. Tidak ada yang dapat menyamai kebenaran akidah Islam. Oleh karena itu, Allah Swt. melarang hamba-Nya mencampuradukkan akidah dan keimanan yang ia anut dengan keyakinan umat lain. Kandungan kedua Surah al-Ka-firu-n [109] adalah ikrar penolakan terhadap semua bentuk praktik peribadatan kepada selain Allah Swt. yang dilakukan oleh orang-orang kafir. Islam menganjurkan umatnya bertoleransi. Akan tetapi, jika sudah menyangkut masalah akidah, keimanan, dan ibadah Islam tidak lagi mengenal toleransi. (Hamka. 2004. Halaman 288–289)

 

Keragaman dan perbedaan keyakinan merupakan realita yang tidak dapat ditolak. Keragaman dan perbedaan secara realita akan tetap ada hingga akhir dunia.

 

Perhatikan firman Allah Swt. berikut:

 

Wa lau syaa'a rabbuka laja'alan-naasa ummataw waa¥idataw wa laa yazaalμna mukhtalif³n

 

Artinya: Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. (Q.S. Hud [11]: 118)


Ayat keenam Surah al-Kafirun [109] menegaskan bahwa bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Ayat ini menyatakan ikrar dan ketegasan sikap setiap muslim terhadap orang kafir. Islam tidak mengenal toleransi atau kompromi dalam bidang akidah dan ibadah. Islam melarang pencampuradukan akidah Islam dengan agama lain. Tauhid tidak dapat dicampuradukkan dengan syirik.


Secara umum Surah al-Kafirun [109] mengandung makna toleransi terhadap agama lain dan kepercayaannya. Toleransi ini berarti pengakuan tentang adanya realita perbedaan agama dan keyakinan, bukan pengakuan pembenaran terhadap agama dan keyakinan selain Islam. Islam adalah agama yang benar dan tidak ada yang dapat menyamai syariat Islam.


Surah al-Kafirun [109] merupakan pedoman bagi umat Islam dalam bersikap menghadapi perbedaan yang ada. Selain itu, Surah al-Kafirun [109] ayat 1–6 juga merupakan pedoman dalam meletakkan hubungan sosial. Perbedaan agama dan keyakinan tidak menutup jalan untuk tolong-menolong. Perbedaan agama dan keyakinan tidak menjadi alasan untuk bermusuhan.


Dendam dan permusuhan antar golongan tidak bermanfaat. Dendam dan permusuhan hanya mendatangkan kesengsaraan dan kerugian. Ketenangan dan kedamaian sirna oleh dendam dan permusuhan. Perbedaan dan keragaman harus disikapi dengan bijaksana. Kita tidak mengganggu penganut agama lain dan tidak mau diganggu oleh penganut agama lain. Meskipun dianjurkan bertoleransi, kita harus tetap memiliki keyakinan penuh pada keimanan dan agama yang kita anut. Hanya Islam agama yang diridai Allah Swt. Jangan sampai sikap toleransi yang kita tunjukkan melunturkan keyakinan terhadap agama sendiri.


Kesimpulan yang dapat diambil dari Surah al-Ka-firu-n [109] sebagai berikut.
a. Islam mengakui terhadap realita keberadaan agama dan keyakinan lain.
b. Islam mengizinkan umatnya berinteraksi dengan umat nonmuslim dalam bidang muamalah.
c. Islam melarang toleransi dalam bidang akidah dan ibadah.
d. Islam secara tegas menolak segala bentuk kemusyrikan, ritual ibadah, atau hukum yang terdapat dalam agama lain.

 

Download Buku

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Facebook Comments