Rabu, 28 Mei 2014

Urusan Yang Palin Utama

Keutamaan Islam dan Yang Manakah Urusan Yang Palin Utama




24  Diriwayatkan daripada Abdullah bin Amru r.a katanya:

Seseorang telah bertanya kepada Rasulullah s.a.w: Apakah sifat yang paling baik dalam Islam? Rasulullah s.a.w bersabda: Memberikan makanan serta memberi salam samada kepada orang yang engkau kenali atau pun tidak


25 Diriwayatkan daripada Abdullah bin Amru bin al-As r.a katanya:

Seseorang telah bertanya Rasulullah s.a.w: Apakah sifat orang Islam yang paling baik? Rasulullah s.a.w bersabda: Seseorang yang menyelamatkan orang-orang Islam dengan lidah dan tangannya


26 Diriwayatkan daripada Abu Musa r.a katanya:

Aku bertanya: Wahai Rasulullah! Apakah sifat orang Islam yang paling baik? Rasulullah s.a.w bersabda: Seseorang yang menyelamatkan orang-orang Islam dengan lidah dan tangannya

Minggu, 25 Mei 2014

Tata Cara Sholat Ghoib / Jenazah

Tata Cara Sholat Ghoib / Jenazah



Rukun Shalat Jenazah

Shalat jenazah itu terdiri dari 8 rukun.

1. Niat
Shalat Ghoib / Sholat jenazah sebagaimana shalat dan ibadah lainnya tidak dianggap sah kalau tidak diniatkan. Dan niatnya adalah untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT.
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam agama yang lurus , dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.(QS. Al-Bayyinah : 5).
Rasulullah SAW pun telah bersabda dalam haditsnya yang masyhur :
Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya. Setiap orang mendapatkan sesuai niatnya.”(HR. Muttafaq Alaihi).
Niat itu adanya di dalam hati dan intinya adalah tekad serta menyengaja di dalam hati bahwa kita akan melakukan shalat tertentu saat ini.

2. Berdiri Bila Mampu
Shalat Ghoib / jenazah tidak sah bila dilakukan sambil duduk atau di atas kendaraan (hewan tunggangan) selama seseorang mampu untuk berdiri dan tidak ada uzurnya.

3. Takbir 4 kali
Aturan ini didapat dari hadits Jabir yang menceritakan bagaimana bentuk shalat Nabi ketika menyolatkan jenazah.
Dari Jabi ra bahwa Rasulullah SAW menyolatkan jenazah Raja Najasyi (shalat ghaib) dan beliau takbir 4 kali. (HR. Bukhari : 1245, Muslim 952 dan Ahmad 3:355)
Najasyi dikabarkan masuk Islam setelah sebelumnya seorang pemeluk nasrani yang taat. Namun begitu mendengar berita kerasulan Muhammad SAW, beliau akhirnya menyatakan diri masuk Islam.

4. Membaca Surat Al-Fatihah

5. Membaca Shalawat kepada Rasulullah SAW

6. Doa Untuk Jenazah
Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW :Bila kalian menyalati jenazah, maka murnikanlah doa untuknya. (HR. Abu Daud : 3199 dan Ibnu Majah : 1947).
Diantara lafaznya yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW antara lain :
Allahummaghfir lahu warhamhu, wa’aafihi wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzulahu, wa wassi’ madkhalahu, waghsilhu bil-ma’i watstsalji wal-baradi.
Yang Pendek :
Allahummaghfir lahu warhamhu, wa’aafihi wa’fu ‘anhu.

7. Doa Setelah Takbir Keempat
Allahumma Laa Tahrimna Ajrahu wa laa taftinnaa ba’dahu waghfirlana wa lahu

8. Salam
 
Jadi secara urutannya adalah sebagai berikut :
1. Takbiratul Ihram seperti biasa
**Membaca Al-Fatihah
2. Takbir ke - 2
** Membaca Shalawat kepada Nabi SAW : Allahumma Shalli ‘Alaa Muhamad……………
3. Takbir Ke - 3
** Membaca Doa : Allahummaghfir lahu war-hamhu . . .
4. Takbir Ke -4
** Membaca Doa : Allahumma Laa Tahrimnaa Ajrahu
Mengucap Salam

Note : Apabila jenazah yang dishalati itu perempuan, maka bacaan Lahuu diganti dengan Lahaa. Jika mayatnya banyak maka bacaan Lahuu diganti dengan Lahum.

Sumber : http://xa.yimg.com

Rabu, 21 Mei 2014

Malu Merupakan Sebagian Dari Iman


Keterangan Tentang Pembagian Iman Yang Paling Tinggi dan Paling Rendah Kedudukannya.

Kelebihan Malu. Malu Merupakan Sebahagian Dari Iman.



21  Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya:

Rasulullah s.a.w bersabda: Iman terdiri daripada lebih dari tujuh puluh bahagian dan malu adalah salah satu dari bahagian-bahagian iman


22 Diriwayatkan daripada Ibnu Umar r.a katanya:

Nabi s.a.w mendengar seseorang menasihati saudaranya dalam hal malu iaitu melarangnya dan menganggap perbuatan itu buruk, lalu Nabi s.a.w bersabda: Malu itu sebahagian dari iman


23 Diriwayatkan daripada Imran bin Husaini r.a katanya:

Nabi s.a.w telah bersabda: Malu itu tidak datang kecuali dengan membawa kebaikan

Minggu, 18 Mei 2014

Keutamaan Shalat

Keutamaan Shalat



1. Mencegah perbuatan Keji dan Munkar


 
"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Ankabut: 45)


2. Shalat adalah amal yang paling utama setelah Syahadatain.

Berdasarkan hadits Abdullah bin Mas'ud, ra, dia berkata,
"Aku bertanya kepada Rasulullah saw 'Amal apa yang paling utama?' Beliau menjawab, 'Shalat pada waktunya', 'Kemudian apa lagi?' Beliau menjawab, 'Berbakti kepada kedua orang tua.' 'Kemudian apa lagi?' Beliau menjawab, `Berjihad di jalan Allah." (Muttafaq alaih; riwayat Bukhari, no. 7534, dan Muslim, no. 85)


3. Shalat dapat mencuci (menghapus) dosa.

Berdasarkan hadits Jabir, ra, "Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda,


 
"Perumpamaan shalat lima waktu, seperti sungai yang mengalir deras di depan pintu rumah salah seorang di antara kalian, dia mandi padanya setiap hari sebanyak lima kali." (Riwayat Muslim, 1/463, no. 668)


4. Penghapus Kesalahan.

Berdasarkan hadits Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda,


 
"Shalat lima waktu, antara satu jum'at dengan jum'at lainnya, antara satu Ramadhan dengan Ramadhan berikutnya, adalah penghapus (dosa) di antaranya jika dosa besar dijauhi." (Riwayat Muslim, 1/2Q9, no. 233)


5. Shalat memberikan cahaya bagi pelakunya, baik di dunia maupun di akhirat.

Berdasarkan hadits Abdullah bin Umar, ra, dari Nabi saw sesungguhnya beliau menjelaskan perkara shalat suatu hari, lalu beliau bersabda,


 
"Siapa yang yang selalu menjaga (selalu melakukan) shalat, maka baginya cahaya, bukti dan keselamatan pada hari kiamat, dan siapa yang tidak menjaganya, maka tidak ada baginya cahaya, bukti dan keselamatan, dan pada hari kiamat dia akan dikumpulkan bersama Qarun, Firaun, Haman dan Ubay bin Khalaf." (Riwayat Imam Ahmad dalam Al-Musnad, 2/169, Darimi, 2/301. Imam Munziir berkata dalam At-Targhib wat-Tarhib, 1/440: "Riwayat Ahmad dengan sanad yang baik.")


Dalam hadits Abu Malik al-Asy'ari, ra, (Rasulullah bersabda),


 
"Shalat adalah cahaya." (Riwayat Muslim, Kitab At-Thaharah, Bab Fadhl Al-Wudhu, 1/203, no. 223)


Sedangkan berdasarkan hadits Buraidah, ra, Beliau bersabda,


"Berikan kabar gembira kepada orang yang selalu berjalan ke Masjid (untuk shalat) di kegelapan, bahwa bagi mereka cahaya yang sempurna pada hari kiamat." (Riwayat Abu Daud, no. 561, Tirmizi, no. 223, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Misyaktul-Mashabih, karena banyak riwayat yang mendukungnya, 1/224)


6. Allah akan mengangkat derajat orang yang melakukan shalat dan menghapus dosa-dosanya.
 
Berdasarkan hadits Tsauban, budak Rasulullah saw, Beliau bersabda kepadanya,


 
"Hendaklah kalian banyak sujud (shalat) kepada Allah, karena sekali saja Engkau sujud, niscaya Allah akan angkat derajatmu dan hapus kesalahanmu." (Riwayat Muslim, no. 488)
 

7. Shalat menjadi sebab utama masuk surga sebagai pendamping Nabi

Berdasarkan hadits Rabi'ah bin Ka'ab al-Aslamy, ra, dia berkata,
"Aku pernah bermalam bersama Rasulullah saw, lalu aku bawakan air wudhu untuknya dan aku layani segala keperluannya. Kemudian Beliau berkata kepadaku, 'Mintalah (apa yang kamu inginkan).' Aku berkata, 'Aku mohon kepadamu agar aku menjadi pendampingmu di surga,' Beliau bersabda, 'Apa tidak minta yang lain?' Aku berkata, 'Ya, (hanya) itu (yang saya minta)' Maka Beliau bersabda,


 
"Tolonglah aku untuk memenuhi permintaanmu dengan kamu banyak bersujud (shalat)." (Riwayat Muslim, no. 489)


8. Berjalan menuju shalat akan dicatat sebagai kebaikan dan diangkat derajatnya serta dihapus dosanya.

Berdasarkan hadits Abu Hurairah, ra, dia berkata, "Rasulullah saw bersabda,


 
"Siapa yang bersuci di rumahnya, kemudian dia berjalan dari rumahnya ke rumah Allah (masjid) untuk menunaikan salah satu kewajiban yang Allah perintahkan (shalat) maka pada setiap kedua langkahnya, salah satunya dapat menghapus dosa sedangkan yang lain mengangkat derajat." (Riwayat Muslim, no. 666)


dalam hadits lainnya diriwayatkan,

"Jika ada di antara kalian yang berwudhu dengan sempurna, kemudian dia keluar ke masjid, niscaya setiap kaki kanannya di angkat, Allah akan mencatat kebaikan baginya, dan sebelum kaki kirinya ditapakkan, niscaya Allah akan menghapus dosanya." (Riwayat Abu Daud, no. 563)


9. Akan disiapkan penyambutan di surga setiap kali seorang muslim berangkat shalat atau pulang darinya.

Berdasarkan hadits Abu Hurairah, ra, dari Nabi saw,


 
"Siapa yang berangkat ke masjid atau pulang darinya, Allah akan siapkan baginya di surga tempat singgah setiap kali dia berangkat atau pulang." (Muttafaq alaih; Shahih Bukhari, no. 662. Muslim, no. 666)


10. Allah akan mengampuni antara satu shalat dengan shalat berikutnya.

Berdasarkan hadits Utsman, ra, dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda,


 
"Seorang muslim yang berwudhu dengan sempurna, kemudian dia shalat, niscaya Allah akan mengampuninya sejak shalatnya itu hingga shalat berikutnya." (Riwayat Muslim, no. 227)


11. Menghapus dosa sebelumnya.

Berdasarkan hadits Utsman, ra, dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah bersabda,

"Seorang muslim yang shalat fardhu dengan menyempurnakan wudhunya, khusyu' dan ruku'nya, niscaya hal itu akan menjadi penghapus dosa sebelumnya, selagi dia tidak melakukan dosa besar, dan hal itu berlaku sepanjang masa." (Riwayat Muslim, no. 228)


12. Malaikat akan selalu mendoakan orang yang shalat selama dia masih berada di tempat shalatnya, karena selagi dia tidak beranjak dari tempat shalatnya, dia dianggap sedang shalat.

Berdasarkan hadits Abu Hurairah, ra, dia berkata, Rasulullah saw, bersabda,

"Shalat seseorang dengan berjamaah dibanding shalatnya di rumah dan di pasar, nilainya lebih banyak (pahalanya) duapuluh lima derajat, hal itu karena jika seseorang menyempurnakan wudhunya kemudian berjalan menuju masjid hanya untuk tujuan shalat, niscaya setiap langkahnya akan mengangkat derajatnya dan menghapus dosanya hingga dia masuk masjid, jika dia telah masuk masjid, maka (pahalanya) bagaikan dalam keadaan orang shalat, selama shalat yang membuatnya tidak beranjak, sementara para malaikat mendoakannya selama dia ditempat shalatnya dengan mengucapkan, 'Ya Allah sayangilah dia, ampunilah dia, terimalah taubatnya,' selama dia tidak menyakiti (orang lain) di dalamnya dan tidak berhadats." (Muttafaq alaih: Bukhari, no. 2119, dan Muslim, no. 649)


13. Menunggu shalat dianggap sebagai ribath di jalan Allah.

Berdasarkan hadits Abu Hurairah, ra, "Sesungguhnya Rasulullah saw, bersabda,


 
"Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang dapat menghapus dosa dan meninggikan derajat? Mereka menjawab, 'Mau ya Rasulullah.' Beliau bersabda, 'Berwudhu pada saat yang sulit (sangat dingin), memperbanyak langkah ke masjid dan menunggu shalat setelah shalat, itulah ribath, itulah ribath " 1 (Riwayat Muslim, no. 251)


14. Pahala orang yang keluar untuk shalat, bagaikan pahala orang yang menunaikan haji saat dia sedang ihram.
 

 
"Siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk melakukan shalat fardhu, maka pahalanya bagaikan pahala orang yang melakukan haji yang sedang ihram, dan siapa yang melakukan shalat Dhuha, maka pahalanya bagai orang yang umroh, shalat yang satu setelah shalat shalat sebelumnya dan di antaranya tidak terdapat kelalaian, maka baginya catatan dalam Al-Illiyyiin." (Riwayat Abu Daud, no. 558, dihasankan oleh Al-Albany dalam Shahih Sunan Abu Daud, 1/111, dan Shahih At-Targhib, 1/127)


15. Orang yang terlambat shalat berjama'ah padahal dia biasa melakukannya, maka baginya pahala orang yang melakukan shalat jama'ah.

Berdasarkan hadits Abu Hurairah, ra, dia berkata, Rasulullah saw bersabda,

"Siapa yang berwudhu dengan sempurna, kemudian dia berangkat (untuk shalat berjama'ah) namun didapatinya orang-orang telah shalat, maka Allah Ta'ala akan memberinya pahala sebagaimana orang yang shalat berjama'ah tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun." (Riwayat Abu Daud, no. 564, dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih Sunan Abu Daud, 1/113)


16. Jika seseorang bersuci lalu berangkat untuk shalat, maka dia dianggap dalam keadaan shalat hingga kembali, dan dicatat amalnya sejak pergi hingga pulang.

Berdasarkan hadits Abu Hurairah, ra, dia berkata, "Rasulullah saw: bersabda,


 
"Jika seseorang di antara kalian berwudhu di rumahnya, kemudian dia mendatangi masjid, maka dia dianggap sedang shalat hingga dia pulang, maka janganlah dia berbuat seperti ini, lalu Beliau merangkai jari jemarinya." (Riwayat Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya, 1/229, dan Hakim, dia menyatakan shahih dan disetujui oleh Az-Zahabi, 1/206, Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih At-Targhib wat-Tarhib, 1/118)


Juga terdapat riwayat dari Abu Hurairah, ra, yang dinyatakan berasal dari Rasulullah saw,

"Sejak salah seorang dari kalian keluar dari rumahnya menuju masjid, maka langkah satunya dicatat dengan kebaikan sedang langkah berikutnya dicatat sebagai penghapus dosa, hingga dia kembali." 2
 

Catatan :
1. Ribath asal maknanya adalah menahan pada sesuatu, maka seakan-akan orang yang melakukan hal tersebut menahan dirinya demi melakukan ketaatan (Syarh Shahih Muslim, hadits no. 251).
2. Ibnu Hibban dalam shahihnya, no. 1620, Nasa'i, 2/42, Hakim, dia menyatakan shahih dan disetujui oleh Az-Zahabi, 1/217, Al-Albany menyatakan shahih dalam Shahih At-Targhib, 1/121, dia berkata, "Kedudukan hadits ini sebagaimana dikatakan mereka berdua (Hakim dan AZ-Zahaby). Lihat hadits-hadits shahih

Rabu, 14 Mei 2014

Mati Dalam Keadaan Tetap Mentauhidkan Allah SWT Pasti Akan Dimasukkan Ke Syurga

Dalil Bagi Mereka Yang Mati Dalam Keadaan Tetap Mentauhidkan Allah SWT Pasti Akan Dimasukkan Ke Syurga



17  Diriwayatkan daripada Ubadah bin As-Somit r.a katanya:

Rasulullah s.a.w telah bersabda: Sesiapa yang mengucap Dua Kalimah Syahadat iaitu: Asyhadu Anlaa Ilaaha Illallaahu Wahdahuu Laa Syariikalah Wa Anna Muhammadan 'Abduhuu Warasuuluh dan bersaksi bahawa Nabi Isa adalah hamba Allah, anak hambanya dan kalimah Allah iaitu Nabi Isa a.s dijadikan oleh Allah tidak berbapa hanya dengan kalimah KUN yang bererti jadilah engkau maka jadilah dia yang disampaikan kepada Mariam dan juga tiupan roh daripadaNya, serta bersaksi bahawa balasan Syurga adalah pasti begitu juga balasan Neraka adalah pasti di mana Allah akan memasukkan mereka yang dikehendaki ke dalam Syurga melalui salah satu dari lapan pintu Syurga sebagaimana yang dikehendakinya


18  Diriwayatkan daripada Muaz bin Jabal r.a katanya:

Pernah aku mengekori Nabi s.a.w dalam satu perjalanan di mana aku berada di belakang baginda. Baginda memanggil: Wahai Muaz bin Jabal! Aku terus menyahut: Telah kuterima panggilanmu itu wahai Rasulullah. Kami meneruskan lagi perjalanan. Kemudian baginda memanggil lagi: Wahai Muaz bin Jabal! Aku menyahut: Telah kuterima panggilanmu itu wahai Rasulullah. Kami meneruskan lagi perjalanan kemudian baginda memanggil lagi: Wahai Muaz bin Jabal! Aku menyahut lagi: Telah keterima panggilanmu itu wahai Rasulullah. Baginda bersabda: Tahukah kamu kewajipan manusia terhadap Allah? Aku menjawab: Allah dan RasulNyalah yang lebih mengetahui. Baginda bersabda: Kewajipan manusia terhadap Allah ialah dengan mengabdikan diri kepadaNya tanpa menyekutukanNya. Kami meneruskan lagi perjalanan beberapa ketika kemudian baginda memanggil lagi: Wahai Muaz bin Jabal! Aku menyahut: Telah kuterima panggilanmu itu wahai Rasulullah. Rasulullah s.a.w bersabda: Tahukah engkau apakah kewajipan Allah terhadap manusia apabila mereka melakukan perkara-perkara yang aku nyatakan di atas? Aku menjawab: Allah dan RasulNyalah yang lebih mengetahui. Akhirnya baginda bersabda: Allah tidak akan menyiksa mereka


19  Diriwayatkan daripada Anas bin Malik r.a katanya:

Ketika Muaz bin Jabal mengekori unta Rasulullah s.a.w dalam satu perjalanan, Rasulullah s.a.w memanggil: Wahai Muaz! Muaz menyahut: Telah kuterima panggilanmu itu wahai Rasulullah. Rasulullah s.a.w memanggil lagi: Wahai Muaz! Aku menyahut lagi: Telah kuterima panggilanmu itu wahai Rasulullah. Rasulullah s.a.w memanggil: Wahai Muaz! Aku menyahut lagi: Telah kuterima panggilanmu itu wahai Rasulullah. Rasulullah s.a.w bersabda: Sesiapa yang mengucap Dua Kalimah Syahadat iaitu: Laa Ilaaha Illallaah Wa Anna Muhammadan 'Abduhuu Warasuuluh nescaya terselamatlah dia dari api Neraka. Kemudian Muaz berkata: Bolehkah aku memberitahu perkara ini kepada orang ramai agar mereka sebarkan berita gembira ini? Rasulullah s.a.w bersabda: Kalau begitu, lakukanlah dan berserahlah kepada Allah


20  Hadis Itban bin Malik r.a:

Diriwayatkan daripada Mahmud bin Ar-Rabie' r.a katanya: Aku berjumpa Itban ketika aku pergi ke Madinah. Lalu aku meminta beliau meriwayatkan sebuah Hadis. Kata beliau: Mataku ditimpa sejenis penyakit yang menyebabkan aku menghantarkan utusan kepada Rasulullah s.a.w yang mengatakan bahawa aku amat mengharapkan kedatangan Baginda untuk bersama-sama aku dan mendirikan sembahyang di rumah sehingga aku menjadikannya sebagai Musalla iaitu tempat sembahyang. Itban berkata lagi: Ekoran dari itu Rasulullah s.a.w tiba bersama-sama para Sahabat dan baginda terus masuk ke rumah. Aku mendirikan sembahyang sementara para Sahabat masih lagi berbincang sesama mereka di mana sebahagian dari mereka memperkatakan tentang kemunafikan Malik bin Dukhsyum. Para Sahabat menyebut: Harapan mereka agar Rasulullah s.a.w mendoakan ke atas Malik bin Dukhsyum agar ditimpa kecelakaan. Mereka juga inginkan supaya dia ditimpa mala petaka. Sebaik sahaja baginda selesai mendirikan sembahyang, baginda bertanya dengan bersabda: Bukankah dia mengucap Dua Kalimah Syahadat iaitu: Laa Ilaaha Illallaah Wa Anna Muhammadan 'Rasuulullaah. Para Sahabat menjawab: Dia mengucapnya hanyalah di mulut semata-mata tetapi tidak di hati. Baginda bersabda: Seseorang yang tidak mengucap Dua Kalimah Syahadat nescaya dia akan dimasukan ke dalam Neraka atau dimakan oleh api Neraka

Minggu, 11 Mei 2014

Hukum Meninggalkan Shalat

Hukum Meninggalkan Shalat



Meninggalkan shalat mengakibatkan kekufuran. Siapa yang meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya maka dia telah berbuat kufur besar (kufur akbar)1 berdasarkan ijma' para ulama, meskipun dia shalat.2

Orang yang meninggalkan shalat sama sekali walau dia meyakini kewajibannya dan tidak mengingkarinya, maka dia pun dihukumi kafir, dan menurut pendapat yang benar dari beberapa pendapat para ulama, bahwa kekufurannya termasuk kufur besar, berdasarkan sejumlah dalil yang akan disebutkan berikut ini dengan ringkas:

1. Firman Allah Ta'ala,


 
"Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; maka mereka tidak kuasa, (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan. Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseru untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera." (QS. Al-Qalam: 31-32)

Hal ini menunjukkan bahwa orang yang meninggalkan shalat akan bersama orang kafir dan munafik yang punggungnya tetap tegak berdiri ketika kaum muslimin sujud. Seandainya mereka tergolong kaum muslimin, niscaya mereka akan diizinkan untuk sujud sebagaimana diizinkan bagi kaum muslimin.


2. Firman Allah Ta'ala,


 
"Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali golongan kanan, berada di dalam surga, mereka tanya menanya, tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa, "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab, "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan," (QS. AI¬Muddatstsir: 38-46)

Orang yang meninggalkan shalat digolongkan sebagai para pendosa (mujrim) yang dimasukkan ke Neraka Saqar, sebagaimana firman Allah Ta'ala,


 
"Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka. (Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka. (Dikatakan kepada mereka): "Rasakanlah sentuhan api neraka!" (QS. Al-Qamar: 47-48)


3. Allah Ta'ala berfirman,


 
"Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui." (QS. At-Taubah: 11)

Allah menjadikan pelaksanaan shalat sebagai syarat diakuinya kembali mereka masuk dalam persaudaraan kaum muslimin.


4. Dari Jabir, ra, dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda,


.
"Antara seorang (muslim) dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat" (Riwayat Muslim, 1/86, no. 76)


5. Dari Abdullah bin Buraidah dari bapaknya, dia berkata, "Rasululiah saw bersabda,


 
"Janji antara kita dengan mereka (orang kafir) adalah shalat, maka siapa yang meninggalkannya dia telah kafir." (Riwayat Tirmizi, 1/14, no. 2621, Nasai, 1/231, no. 463, Ibnu Majah, no. 1079, Hakim dan dia menyatakannya shahih serta disetujui oleh Az-Zahabi, 116,7)


6- Dari Abdullah bin Syaqiq, ra, dia berkata,


 
"Para shahabat Muhammad % memandang bahwa tidak ada satupun perbuatan yang apabila ditinggalkan berakibat kufur kecuali shalat." (Riwayat Tirmizi, 1/14, no. 2622)


7. Adanya ijma di kalangan shahabat tentang kufurnya orang yang meninggalkan shalat telah diriwayatkan lebih dari seorang ulama.3
 
8. Imam Ibnu Taimiah menyatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat adalah kufur Akbar berdasarkan sepuluh alasan.4
 
9. Imam Ibnu Qoyim menyebutkan lebih dari 22 dalil tentang kufur akbar-nya orang yang meninggalkan shalat.5
Yang benar dan tidak ada keraguannya adalah bahwa orang yang sama sekali tidak shalat adalah kafir berdasarkan tegasnya dalil-dalil yang menyebutkan hal tersebut.6

10. Imam Ibnu Qoyim berkata, "Dalil tentang kufurnya orang yang meninggalkan shalat bersumber dari: Al-Quran, Sunnah dan Ijma' Shahabat."7
 

Catatan :
1. Kufur akbar (kufur besar) adalah kufur yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam dan (jika meninggal dalam keadaan tersebut) membuatnya kekal di neraka, berbeda dengan kufur ashgar (kufur kecil) yang tidak membuat pelakunya keluar dari Islam, seperti kufur nikmat atau bersumpah kepada selain Allah. (pent.)
2. Lihat Tuhfatul Ikhwan bi Ajwibatin Muhimmah tata'allaqu bi Arkanil Islam, Syekh Abdul Aziz bin Baz, hal. 73
3. Lihat: Al-Muhalla, Ibnu Hazm, 2/242, 243, Kitab Ash-Sholah, Ibnu Qoyim, hal. 26, Asy-Syarh AI-Mumti', Ibn Utsaimin, 2/28.
4. Lihat. Syarh al-Umdah, Ibn Taimiah, 2181-94
5. Lihat: Kitab Ash-Sholat, Ibnu Qoyim, hal. 17-26. Beliau menyebut sepuluh dalil dari AI-Quran dan 12 dalil dari Sunnah dan Ijma Shahabat.
6. Aku mendengar guruku Abdullah Bin Baz, rahirnahullah, mengkafirkan orang yang meninggalkan shalat walaupun sebagiannya dan walaupun tidak mengingkari kewajibannya. Lihat Tuhfatul Ikhwan Bt Ajwibatin Muhimmatin Tata'allaqu Bi Arakanil Islam, karangannya, hal. 72
7. Kitab Ash-Shalat. hal. 17


Istilah terkait meninggalkan sholat : azab meninggalkan sholat, dosa meninggalkan sholat, hukum meninggalkan sholat, hukuman meninggalkan sholat, meninggalkan sholat jumat, meninggalkan sholat wajib, dosa meninggalkan shalat, hukum meninggalkan shalat, hukum shalat, hukuman meninggalkan shalat, meninggalkan shalat jumat

Rabu, 07 Mei 2014

Syahadat, Sholat dan Zakat

Syahadat, Sholat dan Zakat



Menyeru Kepada Dua Kalimah Syahadat dan Syariat-syariat Islam

12  Diriwayatkan daripada Muaz r.a katanya:

Aku diutuskan oleh Rasulullah s.a.w. Baginda bersabda: Engkau akan mendapati golongan Ahli Kitab, oleh itu dakwahlah mereka supaya mengucap Dua Kalimah Syahadat. Jika mereka menerima Dua Kalimah Syahadat tersebut, ajarkanlah mereka bahawa Allah mewajibkan kepada mereka mendirikan sembahyang lima waktu sehari semalam. Sekiranya mereka tetap mentaati perintah tersebut, ajarkanlah pula kepada mereka bahawa Allah mewajibkan kepada mereka agar mengeluarkan zakat. Jika mereka tetap mentaatinya, beritahulah mereka supaya berhati-hati terhadap harta mereka dan takutlah doa orang yang teraniaya kerana doa mereka adalah mustajab


Perintah Memerangi Manusia Sehingga Mereka Mengucap Dua Kalimah Syahadat yaitu : Laa Ilaaha Illallaah Muhammad Rosuulullaah, Mendirikan Sholat, Mengekuarkan Zakat, serta Mempercayai Apa yang Dibawa Oleh Nabi Muhammad SAW

13  Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya:

Sebaik sahaja Rasulullah s.a.w wafat, Saidina Abu Bakar r.a terus memegang teraju pemerintahan sebagaimana yang diamanahkan oleh baginda s.a.w. Keadaan ini menyebabkan beberapa kelompok masyarakat Arab bertukar kembali menjadi kafir. Saidina Umar r.a bertanya Saidina Abu Bakar: Bagaimana kamu akan memerangi manusia sedangkan Rasulullah s.a.w telah bersabda: Aku diarahkan supaya memerangi manusia sehinggalah mereka mengucapkan Dua Kalimah Syahadat. Sesiapa yang mengucapkannya bererti dia dan hartanya bebas daripada aku kecuali apa yang dibenarkan oleh syariat dan segala-galanya terserahlah kepada Allah s.w.t untuk menentukannya. Abu Bakar menjawab: Demi Allah aku akan memerangi mereka yang membezakan antara sembahyang dan zakat kerana zakat merupakan tuntutan terhadap harta. Demi Allah, andaikata mereka enggan membayar zakat tersebut sedangkan mereka pernah membayarnya kepada Rasulullah s.a.w, aku tetap akan memerangi mereka


14  Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya:

Rasulullah s.a.w bersabda: Aku diarahkan supaya memerangi manusia sehinggalah mereka mengucapkan Dua Kalimah Syahadat. Sesiapa yang mengucapkannya bererti dia dan hartanya bebas daripada aku kecuali dibenarkan oleh syariat dan segala-galanya terserahlah kepada Allah s.w.t untuk menentukannya


15  Diriwayatkan daripada Abdullah bin Umar r.a katanya:

Rasulullah s.a.w bersabda: Aku diarahkan supaya memerangi manusia sehinggalah mereka mengucapkan Dua Kalimah Syahadat iaitu: Laa Ilaaha Illallaah Wa Anna Muhammad Rosuulullaah, mendirikan sembahyang serta mengeluar zakat. Sesiapa yang melakukannya bererti dia dan hartanya bebas daripada aku kecuali dibenarkan oleh syariat Islam dan segala-galanya terserahlah kepada Allah s.w.t untuk menentukannya

Minggu, 04 Mei 2014

Keistimewaan Shalat dalam Islam

Keistimewaan Shalat dalam Islam



Shalat memiliki keistimewaan dibanding amal saleh lainnya, di antaranya:
 
1. Allah Ta'ala menyebut shalat dengan istilah iman, sebagaimana firman-Nya,


 
"Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia." (QS. AI-Baqarah: 143)
 

2. Dikhususkan penyebutannya untuk mengistimewakannya dibanding syariat Islam lainnya.
 
Firman Allah Ta'ala,
 

 
"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran)"

Membacanya, mengikutinya dan beramal dengannya termasuk ajaran agama, kemudian Dia menyatakan:
 

 
"dan dirikanlah shalat" (QS. Al-Ankabut: 45) Firman Allah Ta'ala,
 

 
"Dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, dan mendirikan shalat." (Qs. AI-Anbiya: 73)

Shalat dikhususkan penyebutannya, padahal dia juga termasuk perbuatan baik. Dan masih banyak lagi ayat-ayat serupa.
 

2. Shalat sering disandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya. Di antaranya firman Allah Ta'ala,
 

 
"Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'." (QS. AI-Baqarah: 43)
 

 
"Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah." (QS. Al-Kautsar: 2)
 

 
"Katakanlah; sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (QS. Al-An'am: 162)
 

3. Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk bersabar atasnya,
 

 
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya." (Qs. Thaha: 132)

Padahal beliau saw diperintahkan untuk sabar dalam semua ibadah, sebagaimana firman-Nya:
 

 
"Dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya." (Qs. Maryam: 65)
 

5. Allah mewajibkannya dalam setiap kondisi. Sakit, takut, safar atau lainnya bukan alasan untuk tidak shalat. Tetapi kadang ada keringanan dalam syaratnya atau bilangan rakaatnya, atau perbuatannya. Namun shalat tidak gugur, selagi akal seseorang masih sadar.
 

6. Allah mensyaratkan untuk melakukan shalat dalam kondisi yang paling sempurna, di antaranya dengan bersuci, berhias dengan pakaian yang menutup aurat dan menghadap kiblat. Hal tersebut tidak terdapat dalam syarat lainnya.
 

7. Pelaksanaan shalat menggunakan semua anggota tubuh manusia, baik hati, lisan, anggota badan. Hal tersebut tidak ada pada selainnya.
 

8. Ketika melaksanakannya, tidak boleh disibukkan oleh selainnya, bahkan walau sekedar lintasan pikiran, ucapan, atau lamunan.
 

9. Shalat merupakan ajaran Allah yang diberlakukan bagi penghuni langit dan bumi, bahkan menjadi pokok ajaran para Nabi. Tidaklah diutus seorang Nabi kecuali dia mengajarkan shalat.
 

10. Shalat disandingkan dengan sikap tasdiq (pembenaran), sebagaimana firman Allah Ta'ala,
 

 
"Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al-Quran) dan tidak mau mengerjakan shalat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dam berpaling (dari kebenaran)." (QS. Al-Qiyamah: 31-32)

Dan masih banyak lagi kekhususan-kekhususan shalat yang tidak dapat dibandingkan dengan lainnya. (Lihat Syarhul Umdah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiah, 2/87-91, dan Asy-Syarhul Mumti', Ibnu Utsaimin, 2/87)
 

Istilah terkait keistimewaan sholat : keistimewaan sholat dhuha, keistimewaan sholat tahajud

Facebook Comments